Patah #1
Siapa yang tidak bahagia dengan sebuah pernikahan? Mungkin akulah salah satu dari sekian juta wanita yang bahagia akan hari itu.
Pekan depan aku akan menikah. Menikah dengan seorang pria yang begitu mencintaiku. Pria yang rela memberikan separuh hidupnya untuk wanita sepertiku. Siapalah aku? Aku wanita biasa, keluargaku miskin, aku tumbuh dan berkembang di pedesaan, pendidikanku tidak tinggi, apalagi parasku, jauh dari kata menawan.
Namun hari itu, dia datang dengan sangat berani. Aku melihat keteguhan di dalam hatinya. Sebuah keberanian yang akhirnya meluluhkan hatiku. Hari itu pula, dia katakan dia akan menikahiku, akan menjadikan aku istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.
Wanita mana yang tidak bahagia dengan situasi ini?
Dialah pria yang memberikan kebahagian tak terkira untukku. Aku tau bagaimana kerasnya dia berjuang di depan keluarga besarnya, hanya untuk sekedar menikahi wanita sepertiku. Aku tau bagaimana kuat dia menutup telinga di riuh kerabatnya ketika mengabarkan akulah wanita yang akan dinikahinya.
Bagai berada di puncak haru. Tak kuasa aku menahan linangan air mata, ketika di depanku dia begitu berjuang mempertahankanku. Mempertahankan pilihannya pada wanita sepertiku.
Bagiku, mengenal pria seperti dia adalah sebuah pelajaran yang luarbiasa. Namun menikah dengannya, adalah anugerah yang tak pernah kubayangkan.
Tak pernah kusangka, bahwa akan ada pria yang dengan seluruh ketabahannya menerima segala kurangku. Dia yang tak pernah mencela salahku, yang tak pernah ungkit masa laluku, yang tak pernah masalahkan kesenjangan diantara kita. Dia adalah pria terbaik di mataku, dan dia adalah pria yang akan menjadi suami sekaligus ayah dari anak-anakku kelak.
Pekan depan, 7 hari lagi, hal yang selama ini aku impikan terwujud. Tuhan begitu baik kepadaku. Dia berikan hadiah terindah, Dia kabulkan doaku dengan mendatangkan pria seperti dia.
Tak banyak yang aku harapkan dari pernikahan ini. Aku hanya ingin dia tetap mencintaiku selama pernikahan kami sebagaimana dia mencintaiku selama ini. Aku hanya ingin dia mencintaiku sebagaimana aku tak pernah putus menyebutnya dalam doa.
Terhitung sejak hari itu, cerita panjangku dengannya dimulai. Aku akan menjalani sebuah proses baru yang penuh teka-teki. Mungkin akan banyak tawa dan air mata di perjalanan ini.
Aku harus siap.
Post a Comment for "Patah #1"
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga tulisan di blog ini bermanfaat untuk teman-teman. Jangan lupa untuk tinggalkan cuitan di kolom komentar dan jangan meninggalkan link hidup yak :)