Peduli Kesehatan Mental
Pengalamanku selama lima bulan menyembuhkan masalah mental, sedikit banyak juga mengubahku memandang kehidupan. Karena ternyata, ada banyak orang yang mentalnya terluka, tetapi terlihat sangat baik-baik saja.
Terapisku pernah bercerita, jika dia memiliki pasien kakek-kakek yang usianya sudah 70 tahun. Bukan usia yang muda. Asal mula kenapa sang kakek “berobat” adalah munculnya dorongan untuk mengakhiri hidup.
Sang kakek adalah penyuka olahraga bersepeda. Pada satu hari, beliau ingin menabrakkan diri “agar mati”. Bagi sebagian orang, hal ini tampak mustahil bahkan ada yang mengaitkannya dengan hal gaib.
Memang begini kondisinya. Masyarakat kita belum aware terhadap kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang ada dalam benak masyarakat adalah “gila”, layaknya ODJ yang berkeliaran di pinggir jalan.
Aku punya suami yang mencukupi semua kebutuhan rumah tangga, sehingga tidak perlu bekerja. Punya anak yang masya Allah sehat. Punya rumah yang nyaman. Punya latar belakang pendidikan yang baik dan keluarga besar yang baik pula.
Namun ternyata, perlahan aku mendapat stigma negatif juga. Ketika pelan-pelan masalah mentalku semakin muncul ke permukaan, kemudian aku terlihat sebagai orang lain yang berbeda, menakutkan dan sangat buruk.
Sedih? Tentu. Karena mereka (sayangnya) tidak menerima penjelasanku secara ilmiah mengenai masalah-masalah kesehatan mentalku.
Kesadaran masyarakat tentang hal ini memang belum terlalu besar. Sampai akhirnya mereka sadar, bahwa orang terdekatnya berubah.
Kita yang menderita gangguan kesehatan mental juga terluka. Hanya saja luka kami tidak bisa dilihat. Ketika sakit tenggorokan, kita bisa minum obat pereda nyeri atau peradangan. Namun, ketika kita hanya menangis sepanjang hari dan ingin mati, ada banyak hal yang menyebabkannya dan ini juga harus diobati.
Gangguan kecemasan, trauma dan gangguan kesehatan lain itu tidak terlihat lukanya tapi membekas di hati dan pikiran.
Bahkan ada yang tidak percaya jika aku mengalami gangguan kesehatan mental sampai melihat dan tahu bagaimana kondisiku yang compang-camping.
Mungkin, inilah yang dinamakan luka tak berdarah :)
Temani kami.
Sang kakek adalah penyuka olahraga bersepeda. Pada satu hari, beliau ingin menabrakkan diri “agar mati”. Bagi sebagian orang, hal ini tampak mustahil bahkan ada yang mengaitkannya dengan hal gaib.
Memang begini kondisinya. Masyarakat kita belum aware terhadap kesehatan mental. Masalah kesehatan mental yang ada dalam benak masyarakat adalah “gila”, layaknya ODJ yang berkeliaran di pinggir jalan.
Stigma Negatif
Aku yang belum tahu “menderita” apa, sering merasa tidak nyaman dengan diri sendiri, dengan emosi yang naik turun tak menentu. Semangat yang datang dan pergi begitu saja. Secara fisik aku memang terlihat sangat sehat dan bahagia.Aku punya suami yang mencukupi semua kebutuhan rumah tangga, sehingga tidak perlu bekerja. Punya anak yang masya Allah sehat. Punya rumah yang nyaman. Punya latar belakang pendidikan yang baik dan keluarga besar yang baik pula.
Namun ternyata, perlahan aku mendapat stigma negatif juga. Ketika pelan-pelan masalah mentalku semakin muncul ke permukaan, kemudian aku terlihat sebagai orang lain yang berbeda, menakutkan dan sangat buruk.
Sedih? Tentu. Karena mereka (sayangnya) tidak menerima penjelasanku secara ilmiah mengenai masalah-masalah kesehatan mentalku.
Kesadaran masyarakat tentang hal ini memang belum terlalu besar. Sampai akhirnya mereka sadar, bahwa orang terdekatnya berubah.
Sama-sama Terluka
Luka psikis, itu juga luka seperti luka gores pada kulit. Bahkan, tak sedikit luka psikis yang kemudian mengganggu kerja sistem saraf pada otak kita.Kita yang menderita gangguan kesehatan mental juga terluka. Hanya saja luka kami tidak bisa dilihat. Ketika sakit tenggorokan, kita bisa minum obat pereda nyeri atau peradangan. Namun, ketika kita hanya menangis sepanjang hari dan ingin mati, ada banyak hal yang menyebabkannya dan ini juga harus diobati.
Gangguan kecemasan, trauma dan gangguan kesehatan lain itu tidak terlihat lukanya tapi membekas di hati dan pikiran.
Bahkan ada yang tidak percaya jika aku mengalami gangguan kesehatan mental sampai melihat dan tahu bagaimana kondisiku yang compang-camping.
Mungkin, inilah yang dinamakan luka tak berdarah :)
Tumbuh Bersama
Beri kami ruang untuk tumbuh dan sembuh perlahan tanpa tergesa-gesa. Biarkan kami pelan-pelan kembali mendapatkan diri sendiri yang telah lama hilang. Biarkan kami memperbaiki sistem saraf yang tak karuan arahnya.Temani kami.
Post a Comment for "Peduli Kesehatan Mental"
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga tulisan di blog ini bermanfaat untuk teman-teman. Jangan lupa untuk tinggalkan cuitan di kolom komentar dan jangan meninggalkan link hidup yak :)