Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jagung Titi : Dari Iklim Kering NTT untuk Indonesia


“Makanya, kalau ada harga jagung titi yang mahal, saya tidak akan tawar” Abdur Arsyad - Komika

Apakah teman-teman pernah mendengar jagung titi? Atau ini adalah kali pertama mendengarnya? Pada dasarnya, jagung titi adalah sebuah makanan ringan yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Aku sendiri baru tahu jagung titi setelah Abdur Arsyad -seorang komika- yang menceritakan tentang makanan khas dari daerahnya pada sebuah podcast.



Ketika mendengarnya, aku bertanya ke diri sendiri “apakah jagung bisa tumbuh di NTT yang lahan pertaniannya lebih kering dibanding Pulau Jawa?” Aku langsung mencari tahu, dan ternyata luas kawasan pertanian di NTT yang ditanami jagung cukup luas.

Jangan-jangan, teman-teman juga belum tahu jika salah satu tanaman pertanian yang paling banyak dihasilkan NTT adalah jagung? Ya, jagung nyatanya bisa tumbuh dengan subur di tanah NTT yang terkenal kering. Dari sinilah, jagung titi berasal, sebab sangat mudah untuk menemukan jagung.

NTT Mampu Hasilkan Jagung dari Tanah yang Kering

Apa yang pertama kali teman-teman pikirkan, ketika mendengar kata Indonesia Timur? Apakah terbayang kawasan pertanian yang ditanami jagung? Aku pribadi tidak menyangka, selain identik dengan tanaman rumbia atau sagu, nyatanya jagung bisa tumbuh subur di kawasan Indonesia Timur, salah satunya adalah NTT.

Sampai pada tahun 2023, jagung menjadi salah satu bahan pangan lokal dengan jumlah panen yang cukup besar. Tahun lalu, dari data yang tersaji, ada sekitar 1,4 juta ton jagung yang dihasilkan dari luas lahan pertanian 180 ribu hektar. Ini tentu persentase yang cukup besar, mengingat kondisi iklim di NTT yang cenderung kering.


 



Hal ini disebabkan karena varietas jagung dapat tumbuh subur pada berbagai kondisi iklim, baik di daerah dengan curah hujan tinggi hingga curah hujan yang rendah, baik di dataran rendah hingga dataran tinggi. Sedangkan secara geografis, Nusa Tenggara Timur berada pada ketinggian 1.000 mdpl.

Nah, kondisi ini juga dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menjaga ketersediaan bahan pangan lokal ketika musim kemarau berlangsung lebih lama. Dengan tersedianya jagung di lahan-lahan pertanian, masyarakat tetap bisa memiliki bahan makanan. Pada tahun 2023 lalu, pemerintah sendiri mengembangkan penanaman jagung hibrida di beberapa daerah di NTT.

Program tersebut diinisiasi salah satunya karena dalam perawatannya, jagung tidak membutuhkan banyak air, sehingga akan cukup mudah beradaptasi ketika sedang musim kemarau panjang.

NTT memiliki keragaman plasma nutfah jagung yang cukup tinggi di Indonesia.

Di Nusa Tenggara Timur sendiri, terdapat beberapa jenis jagung, mulai dari jagung ras lokal, jagung sari bebas unggul dan jenis hibrida. Selain itu, ada berbagai warna biji jagung yang disebabkan oleh bervariasinya senyawa pigmen pada bulir-bulirnya, oleh karena itu, kira bisa melihat berbagai warna pada bulir jagung, mulai dari warna putih hingga keunguan.

Nah, karena memiliki iklim yang cocok untuk mengembangkan pertanian jagung, maka kemudian para petani pun memiliki strategi tersendiri ketika menanam jagung. Salah cara yang digunakan oleh petani setempat adalah dengan metode tumpang sari. Di mana, selain menanami jagung, pada lahan yang sama juga ditanami tanaman lain. Sebagai contohnya, ketika para petani sedang menanam jagung, biasanya juga dibarengi dengan menanam kacang-kacangan hingga labu.

Hal menarik dari jagung lokal NTT adalah tingginya kandungan karbohidrat, protein, lemak hingga serat di dalamnya.
 

 

Tak Sekadar Kearifan Lokal NTT, Jagung Titi Juga Bantu Peluang Usaha Masyarakat

Jagung titi menjadi salah satu makanan khas Flores yang dibuat dengan cara dan peralatan tradisional. Untuk membuat jagung titi sendiri, masyarakat Flores biasanya menggunakan jagung pulut putih, sebab teksturnya lebih lembut dan lengket, sehingga ketika dititi bentuknya akan lebih bagus.

Nah, untuk teman-teman yang belum tahu arti kata “titi”, arti kata titi adalah menumbuk. Namun, bukan menumbuk sampai halus, ya, cukup jadi pipih atau gepeng saja. Cara menumbuknya kurang lebih serupa dengan proses pembuatan emping. Untuk alat menumbuknya, masyarakat masih menggunakan batu dan begitu juga dengan alasnya. Tidak ada peralatan modern yang digunakan untuk membuat jagung titi.

Dalam proses pembuatan jagung titi, masyarakat menggunakan periuk dari tanah untuk memanggang jagung sampai setengah matang. Bahan bakarnya, biasanya mama-mama di timur akan memakai sabut kelapa atau kayu bakar. Kemudian, jagung yang masih panas tersebut dititi satu per satu. Iya, buatnya satuan per biji jagung. Sebelum dititi, biji-biji jagung harus direndam terlebih dahulu.

Bagi masyarakat Flores, jagung titi bukan sekadar makanan ringan saja, tetapi juga menjadi salah satu makanan yang disajikan ketika ada upacara adat hingga menerima tamu.


Memanfaatkan jagung yang merupakan bahan pangan lokal, tanpa disadari masyarakat setempat sukses memasarkan makanan khas dari daerahnya ke jangkauan yang lebih besar. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pelaku UMKM yang menjadikan jagung titi sebagai salah satu produk jualannya.

Di tahun 2024 ini, jagung titi menjadi salah satu pilihan usaha yang cukup berpeluang. Salah satu alasannya adalah karena mudahnya mendapatkan bahan pokok. Hal ini terlihat dari jumlah produksi bahan pertanian di NTT, yang mana jagung berada di urutan kedua yang jumlahnya terbilang besar.

Dengan memanfaatkan kesempatan tersebut, maka tidak bisa dipungkiri jika jagung titi dapat membantu menggerakkan roda ekonomi di masyarakat. Jagung titi yang mulanya adalah panganan lokal, tidak menutup kemungkinan untuk diekspor ke berbagai negara tetangga.

Untuk saat ini sendiri, jagung titi tidak hanya diperjual-belikan di kalangan masyarakat setempat saja, tetapi juga banyak orang menjadikan jagung titi sebagai buah tangan. Harga jualnya sendiri cukup terjangkau jika dibandingkan dengan proses pembuatan yang seluruhnya masih manual. Harga sebungkus besar, biasanya dibanderol sekitar 50 ribuan saja.

Jika dilihat dengan saksama, ada banyak hal menarik yang bisa didapatkan dari jagung titi. Tidak hanya memanfaatkan dan mengolah hasil pertanian terbesar, tetapi masyarakat juga masih masih memproduksi jagung titi dengan cara yang tradisional. Tidak hanya gurih dari rasa jagung, tetapi juga ada aroma smoky yang sangat khas.

Bagaimana? Penasaran juga bagaimana rasa jagung titi? :D
 

Jagung, Sebutir Kehidupan dari Indonesia Timur

Seperti yang tadi kita bahas di awal, jagung titi ini dibuat dengan jagung lokal dari NTT. Nah, salah satu keunggulan lain dari jagung tersebut adalah mampu hidup meskipun kadar airnya tidak banyak. Maka, itulah kenapa jagung menjadi salah satu cadangan ketersediaan bahan pangan masyarakat setempat.

Beberapa bibit jagung yang bisa hidup dengan kadar air rendah juga telah dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia, antara lain : Hibrida Bima 7, Bima 8, Gumarang dan varietas jagung Lamuru.

“Pertanian bukan hanya soal bertahan hidup, tetapi tentang menciptakan kehidupan” - Gestianus Sino (Petani Organik NTT) dalam wawancara dengan #KEHATI

Jagung titi yang dihasilkan di NTT, telah membuktikan bahwa sumber pangan dengan nama ilmiah zea mays bisa tetap hidup dengan perubahan iklim di Indonesia. Baik penghujan maupun kemarau, jagung tetap bisa bertahan dan sekaligus menjadi penolong ketika musim paceklik melanda.

Jagung adalah salah satu alternatif makanan pokok selain nasi. Hidup di daerah dengan iklim yang lebih kering, masyarakat NTT melakukan berbagai cara agar tetap bisa bertahan hidup meskipun tidak memakan nasi. Hal ini juga dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi jagung titi bersamaan dengan makanan lainnya.


Jika melihat pada data yang ada, Indonesia memang memiliki keragaman terbesar nomor 3 di dunia. Namun sayangnya, keragaman bahan pangan tersebut tidak diimbangi dengan adanya ketahanan pangan. Imbasnya, banyak warga negara yang mengalami kelaparan. Ketahanan pangan sendiri juga sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca atau iklim.

Hal ini juga serupa dengan apa yang terjadi NTT, di mana iklim tropis kering dengan persentase musim kemarau lebih tinggi (lebih lama). Musim kemarau di NTT bisa berlangsung selama 8 bulan dalam satu tahun. Hal ini tentu saja akan menyulitkan petani dalam menghasilkan bahan pangan, yang kemudian berdampak juga pada ketersediaan pangan nasional sebab masih sangat bergantung pada iklim atau cuaca.

Untungnya, jagung bisa tetap tumbuh dan berkembang di tanah NTT yang kering. Maka, tidak heran jika kemudian jagung pun menjadi salah satu bahan pangan pokok, selain padi dan sagu.

KEHATI Ajak Masyarakat Jaga Warisan Pangan Lokal untuk Ketahan Pangan

Kampanye terkait memanfaatkan pangan lokal, telah digaungkan sejak lama oleh KEHATI. KEHATI sendiri merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Keanekaragaman yang dimaksud tidak hanya terkait dengan satwa dan aneka tanaman, tetapi juga termasuk dengan keragaman sumber pangan lokal.


Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah negara kepulauan. Karena kondisi tersebut, ada banyak sumber pangan lokal yang tersebar di masing-masing pulaunya dan sekaligus menjadi makanan pokoknya. Contohnya saja Nusa Tenggara Timur yang makanan pokoknya selain nasi adalah jagung.

Cuaca yang mulai tak menentu, banyak dikeluhkan oleh berbagai pihak, termasuk di dalamnya adalah para petani. Karena kondisi iklim yang tidak bisa diprediksi tersebut, ada banyak tanaman yang tidak bisa ditanam atau bahkan mengalami gagal panen.

Berdasar laporan dari #KEHATI, ternyata masyarakat adat di Flores sudah menurunkan bibit-bibit asli yang disimpan dalam waktu lama untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini juga sama dengan bagaimana jagung lokal dimanfaatkan untuk membuat jagung titi. Masih dari sumber yang sama, #KEHATI juga menyampaikan jika upaya pelestarian genetik ini terus dilakukan untuk memastikan ketahanan di masa depan.

Adanya perubahan iklim, seharusnya mampu menggerakkan kita untuk menekan dampak buruknya terhadap keanekaragaman hayati. Karena jika tidak dimulai dari sekarang, warisan apa yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu di masa depan? Oleh karena itu, KEHATI banyak menyelenggarakan aksi nyata di berbagai wilayah dan bekerjasama dengan komunitas lokal setempat, untuk menyelenggarakan pelestarian sumber pangan lokal.

"Upaya untuk kembali ke sumber pangan lokal harus ditingkatkan. Keragaman sumber pangan nusantara merupakan jawaban terhadap permasalahan kelaparan, gizi buruk, termasuk perubahan iklim." - Renata Puji Sumedi Hanggarawati (Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan #KEHATI)

Dengan mengonsumsi pangan lokal yang mengandung karbohidrat, seperti jagung, ubi hingga sagu adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga ketahanan pangan, sebab kita tidak mengandalkan beras sebagai makanan pokok. Seperti yang kita tahu, biaya distribusi beras dari pulau ke pulau terbilang mahal. Itulah mengapa, di beberapa pulau, harga beras bisa lebih mahal dibanding pulau lainnya.

Maka bisa kita tarik benang merah, bahwa jagung titi adalah salah satu bentuk upaya masyarakat di daerah untuk menjaga ketersediaan dan mengelola bahan pangan lokal. Dalam pembuatannya, jagung titi tidak hanya memanfaatkan jagung bibit lokal, tetapi juga cara memasak yang berkelanjutan karena menggunakan metode dan peralatan tradisional.

Menjaga ketersediaan pangan lokal, bukan hanya tugas pemerintah
Mengelola bahan pangan lokal, bukan hanya tugas masyarakat setempat
Namun, dibutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat. Sebab tanpa aksi nyata, ketahanan pangan lokal rasanya akan sulit terwujud.
Nimas Achsani
Nimas Achsani Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Post a Comment for "Jagung Titi : Dari Iklim Kering NTT untuk Indonesia"